Lubang Biawak di 14 Februari

0
Diposting oleh salsa on Minggu, 12 Februari 2012

Prolog
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian selangkah-demi selangkah, hingga kalian masuk lubang biawak sekalipun kalian akan ikut memasukinya”. Para sahabat bertanya: “Maksudnya Yahudi dan Nasrani?. Lalu siapa lagi.” jawab Rasulullah. (HR Muslim).

Lubang Biawak di 14 Februari
Dalam hadits diatas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallammengabarkan kepada para sahabat, suatu saat ummatnya akan membebek pada ummat lain. Sikap  membebek tersebut digambarkan oleh sang Rasul dengan sangat halus. Ummat ini akan mengikuti mereka sedikit demi sedikit, setahap demi setahap hingga ketika ummat yang diikuti tersebut masuk ke dalam lubang biawak kaum Muslimin turut masuk ke dalamnya.
Apa yang disampaikan oleh Nabi telah menjadi kenyataan dalam kehidupan kaum Muslimin hari ini. Saat ini kaum Muslimin (khususnya para pemuda) sangat gandrung dengan budaya dan gaya hidup  orang-orang di luar Islam. Mereka  sangat bangga dan bahagia bila mengikuti trend yang berasal dari kebudayaan dan peradaban Barat (Kafir). Salah produk budaya kafir yang ngetrend  di kalangan kawula muda Muslim saat ini adalah perayaan Valentine’s Day. Acara yang juga disebut dengan hari kasih sayang ini biasa dirayakan oleh kaum muda sedunia pada tanggal 14 Februari.
Asal Usul Perayaan Valentine Day
Ada banyak versi tantang asal usul  perayaan hari Valentine ini.  Versi yang paling populer  merujuk pada kisah Santo valentinus yang konon hidup pada masa Kaisar Claudius II yang menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Mengenai siapa sesungguhnya Santo Valentinus lagi-lagi para sejarawan masih berbeda pendapat. Sebab menurut The Catholic Encylopedia ada tiga orang yang bernama Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari. Salah seorang diantaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi.Namun ini pun tidak ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St.Valentino” termaksud.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M [The World Book Encyclopedia, 1998].
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”.
Versi lain yang tidak ada silang pendapat di dalamnya adalah jika menelusuri akar historis valentine’s day  dalam tradisi paganisme Romawi Kuno. Menurut pandangan tradisi Romawi Kuno pertengahan bulan Februari dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Tanggal 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno  yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, dimana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari.
Mengapa Remaja Muslim Ikut Merayakan?
Dari paparan di atas kita mengetahui, perayaan Valentine’s Day merupakan legenda kisah kasih yang berasal dari luar Islam. Ia tidak memiliki akar historis dalam peradaban Islam. Tetapi mengapa perayaan tersebut sangat membudaya di kalangan pemuda Muslim? Menurut Ustadz Samson Rahman ada lima faktor yang mendorong pemuda(i) Muslim ikut-ikutan merayakan Valentine.
Pertama, kalangan remaja Muslim tidak tahu latar belakang sejarah Valentine’s Day, sehingga mereka tidak merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja Muslim banyak yang memiliki kesadaran sejarah yang rendah.
Kedua, adanya anggapan bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja.
Ketiga, keroposnya benteng pertahanan religius remaja Muslim sehingga tidak mampu lagi menyaring budaya dan peradaban yang seharusnya mereka “lawan” dengan keras.
Keempat, adanya perasaan loss of identity kalangan remaja Muslim sehingga mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global.
Kelima, hanya mengikuti trend yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman.
Keenam, adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang semakin ganas.
Hari Valentine di Indonesia
Sejauh ini belum ada catatan sejarah yang dapat dijadikan acuan tentang kapan hari Valentine mulai dirayakan di Indonesia. Boleh jadi perayaan yang diadospi dari agama paganis Romawi kuno ini masuk ke Indonesia sejak masuknya imperialis (penjajah) Belanda atau Portugis. Awalnya perayaan tersebut hanya terbatas dalam kompleks Militer mereka  yang kemudian menyebar melalui orang-orang pribumi yang bekerja di lingkungan mereka. Jadi, perayaan ini masuk ke negeri-negeri Islam bersamaan dengan invasi atas negeri-negeri Islam oleh para penjajah kafir. Bahkan ada indikasi bahwa Valentine Day merupakan invasi budaya yang masih satu paket dengan invasi militer. Sejarah mencatat, setelah kekalahan pasukan Kristen Prancis pada perang Salib II Raja Louis IX menawarkan strategi lain untuk menghancurkan Islam. Saat dipenjara di Al Manshurah Raja Prancis tersebut sempat menulis sebuah catatan yang berisi strategi perlawanan terhadap kaum Muslimin. Ia menulis, perang melawan kaum Muslimin tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan militer. Sebab, mereka memiliki konsep jihad fi sabilillah. Perang melawan kaum Muslimin harus dimulai dengan merusak aqidah mereka yang sudah berurat akar. Nah, boleh jadi salah satu senjata pelumpuh yang mematikan semangat perlawanan kaum Muslimin adalah Hari Valentine Day.
Yang jelas menurut Rizki Ridyasmara perayaan hari Valentine ini semakin memperlihtkan kemeriahannya sejak era 1980-an. “Di masa itu, memasuki bukan Februari, rak-rak yang berjajar di toko-toko buku sudah mulai diisi dengan kartu ucapan Valentine Day. Demikian juga toko-toko souvenir yang mulai memasang aneka kado bertema Valentine Day.Beberapa mal dan super market memasuki bulan Februari  juga sudah mendekor seluruh ruangan dengan warna-warna pink dan biru lembut, dengan hiasan-hiasan  berbentuk hati dan pita di mana-mana”.
Masih menurut catatan Rizki, “menjelang Februari, para remaja dan orang-orang muda menyerbu pusat-pusat perbelanjaan untuk membeli aneka kebutuhan guna merayakan Hari Valentine. Kantor Pos sibuk menerima dan mengirim kartu Valentine ke berbagai penjuru dunia, perusahaan jasa kurir juga sibuk mengirimberaga kado, semua kemeriahan ini mencapai pucak pada tanggal 14 Februari.
Kerusakan di balik Perayaan V-Day
Perayaan Valentine’s yang nota bene berasal dari peradaban Barat mengandung kerusakan yang dapat menggerogoti aqidah, akhlak dan moral generasi muda Muslim. Diantara kerusakan yang ditimbulkan oleh perayaan valenyine’s day:
1. Merayakan Valentine Termasuk Tasyabbuh (Meniru-niru)  Orang Kafir
Sebagaimana disebutkan di atas, Valentine’s Day merupakan perayaan yang bersumber dari luar Islam. Ia adalah perayaan mengenang kematian seorang pendeta yang dinobatkan sebagai pahlawan cinta. Sehingga merayakannya terkategori sebagai bentuk tasyabbuh (menyerupai) mereka.  Sementara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan bahwa, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia merupakan bagian dari mereka”. (HR Ahmad dan Abu Daud)
2. Perzinahan Selalu Menyertai Perayaan Valentine
Oleh karena perayaan hari Valentine dianggap sebagai hari kasih sayang, maka tidak sedikit pasangan muda-mudi, remaja-remaji memanfaatkan moment V-Day untuk mengekspersikan Cinta kepada pasangan -pacarnya. Yang terjadi bukan sekadar mengungkapkan perasaan cinta kepada lawan jenis. Tetapi lebih jauh dari itu mereka melakukan perbuatan yang sesungguhnya hanya pantas dilakukan oleh pasangan yang terikat secara resmi yaitu pernikahan. Beberapa tahun terakhir media selalu memberitakan omzet penjualan kondom  meningkat pada malam valentine. Bahkan di sebagian tempat perayaan valentine  dimeriahkan pula dengan pembagian kondom secara gratis (http://www.kaskus.us).
3. Mendukung Kapitalisme
Kemeriahan  perayaan Valentine juga tidak luput dari peran dan campur tangan  para pelaku bisnis. Sudah menjadi rahasia umum bahwa perayaan Valentine’s Day identik dengan tukar menukar kado  dan hadiah berupa cokelat, bunga, balon berbentuk hati, bantal beludru dan sebagainya. Setiap memasuki bulan Februari  asesoris valentine selaku laris manis bak kacang goreng. Sudah pasti yang diuntungkan dari prilaku konsumtif yang mubadzir tersebut adalah para pebisnis  kapitalis.
4.    Merayakan Valentine= Mengakui Yesus Sebagai Tuhan
Sebagaimana disebutkan dalam  salah satu versi, Santo valentine yang menjadi dinobatkan sebagai pahlawan cinta dihukum oleh kaisar Cladius karena menyatakan bahwa Tuhannya adalah Isa al Masih (Yesus). Merayakan valentine yang diyakini meninggal pada tanggal Februari sama dengan mengakui dan membenarkan keyakinan Santo Valentine yang mempertuhankan Yesus. Rizki Ridyasmara menulis, “Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus sebagai anak Tuhan” dan lain sebagainya.Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau tidak , ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani tersebut, apapun alasannya”.
Kewajiban Da’i dan Orangtua
Oleh karena perayaan Valentine ‘s Day merupakan bagian dari invasi budaya yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam untuk merusak generasi muda Muslim. Upaya pembaratan generasi muda ini harus dilawan. Menurut ustadz Burhan Sodiq perlawanan terhadap pembaratan tersebut adalah dengan da’wah yang strategis dan repetitif. Menurutnya, Da’i yang terlibat dalam memerangi Valentine Day ini perlu  mengetahui beberapa hal:
a.    Kesadarannya yang utuh akan Islam, berikut pemhaaman yang mendalam dan orisinil akan konsep perubahan yang kompherensip (menyeluruh).
b.    Pemahaman akan dimensi-dimensni invasi budaya, media-medianya dan berbagai fenomenanya.
c.    Konsentrasi pada pokok permasalahan tanpa mengabaikan sisi, cabang-cabang dan hal-hal parsial lainnya. Dengan demikian, seruannnya terhadap perubahan revosif dan perbaikan terjadi dalam satu waktu.
d.    Mengajukan pemecahan masalah yang islami bagi generasi  muda  dan menyebarkan gerakan kebudayaan baru (yang islami).
e.    Mengobarkan semangat juang Islam dan tidak merasa puas dengan teori-teori intelektual yang kering. Sikap inilah yang bisa mepersembahkan pelayanan nyata pada tingkat konfrontasi dengan musuh Islam dan menyelamatkan Ummat dari kehancurannya.
Intinya Ustadz Burhan menawarkan satu solusi untuk melawan upaya  pembaratan generasi muda Muslim. Beliau memandang, perlu ada upaya yang serius, terencana, solutif dari para da’i untuk merubah mindset berpikir generasi muda Islam. Yang tdiak kalah pentingya menurut beliau adalah mengubah mindset masyarakat untuk lebih cenderung pada Islam dan mengesampingkan budaya Barat.
Akirnya kita berharap kepada segenap pemuda Islam untuk  tidak latah mengekor kepada budaya Barat yang merusak. Mereka perlu menyadari, kunci kemuliaan seorang Muslim adalah dengan komitmen terhadap Islam.Bukan dengan membebek kepada perdaban kafir yang bersumber dari luar Islam. Umar bin Khathab pernah mengingatkan,”Kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, andai kita mencari kemuliaan dengan selain Islam maka Allah hinakan kita”.
Kita juga berharap para orang tua, da’i, pendidik dan semua pihak yang peduli dengan kondisi pemuda dan remaja Islam. Bagaimana orang tua menjalankan fungsinya yang telah diamanahkan oleh Allah “menjaga diri dan keluarga dari api neraka”. Demikian pula dengan para Da’i, mereka bertanggung jawab untuk membentengi ummat Islam (khususnya generasi mudanya) dari kerusakan yang ditimbulkan oleh invasi peradaban Barat.   allaahu a’lam. (Syamsuddin Lahanufi)
 wimakassar.org

Share This Post

0 komentar:

Posting Komentar